CONTOH CONTOH KASUS
(BAB1)
1.
KENAKALAN REMAJA ANAK DIBAWAH UMUR
Kenakalan
remaja dalam studi masalah sosial dapat dikategorikan ke dalam perilaku
menyimpang. Dalam perspektif perilaku menyimpang masalah sosial terjadi
karena terdapat penyimpangan perilaku dari berbagai aturan-aturan sosial
ataupun dari nilai dan norma social yang berlaku. Perilaku menyimpang dapat
dianggap sebagai sumber masalah karena dapat membahayakan tegaknya sistem
sosial. Penggunaan konsep perilaku menyimpang secara tersirat mengandung makna
bahwa ada jalur baku yang harus ditempuh. Perilaku yang tidak melalui
jalur tersebut berarti telah menyimpang.
Masalah
sosial perilaku menyimpang dalam tulisan tentang “Kenakalan Remaja” bisa
melalui pendekatan individual dan pendekatan sistem. Dalam pendekatan
individual melalui pandangan sosialisasi. Berdasarkan pandangan sosialisasi,
perilaku akan diidentifikasi sebagai masalah sosial apabila ia tidak berhasil
dalam melewati belajar sosial (sosialisasi). Tentang perilaku disorder di kalangan
anak dan remaja (Kauffman , 1989 : 6) mengemukakan bahwa perilaku menyimpang
juga dapat dilihat sebagai perwujudan dari konteks sosial. Perilaku disorder
tidak dapat dilihat secara sederhana sebagai tindakan yang tidak layak,
melainkan lebih dari itu harus dilihat sebagai hasil interaksi dari transaksi
yang tidak benar antara seseorang dengan lingkungan sosialnya
HASIL
PENELITAN
A. Bentuk
Kenakalan Yang Dilakukan Responden
Berdasarkan
data di lapangan dapat disajikan hasil penelitian tentang kenakalan remaja
sebagai salah satu perilaku menyimpang hubungannya dengan keberfungsian sosial
keluarga di Pondok Pinang pinggiran kota metropolitan Jakarta. Adapun ukuran
yang digunakan untuk mengetahui kenakalan seperti yang disebutkan dalam
kerangka konsep yaitu (1) kenakalan biasa (2) Kenakalan yang menjurus
pada pelanggaran dan kejahatan dan (3) Kenakalan Khusus. Responden dalam
penelitian ini berjumlah 30 responden, dengan jenis kelamin laki-laki 27
responden, dan perempuan 3 responden. Mereka berumur antara 13 tahun-21 tahun.
Terbanyak mereka yang berumur antara 18 tahun-21 tahun.
Bentuk
Kenakalan Remaja Yang Dilakukan Responden (n=30)
Bentuk
Kenakalan
|
f
|
%
|
1. Berbohong
2. Pergi
keluar rumah tanpa pamit
3. Keluyuran
4. Begadang
5. membolos
sekolah
6. Berkelahi
dengan teman
7. Berkelahi
antar sekolah
8. Buang
sampah sembarangan
9. membaca
buku porno
10. melihat
gambar porno
11. menontin
film porno
12. Mengendarai
kendaraan bermotor tanpa SIM
13. Kebut-kebutan/mengebut
14. Minum-minuman
keras
15. Kumpul
kebo
16. Hubungan
sex diluar nikah
17. Mencuri
18. Mencopet
19. Menodong
20. Menggugurkan
Kandungan
|
30
30
28
26
7
17
2
10
5
7
5
21
19
25
5
12
14
8
3
2
|
100
100
93,3
98,7
23,3
56,7
6,7
33,3
16,7
23,3
16,7
70,0
63,3
83,3
16,7
40,0
46,7
26,7
10,0
6,7
|
Bahwa
seluruh responden pernah melakukan kenakalan, terutama pada tingkat kenakalan
biasa seperti berbohong, pergi ke luar rumah tanpa pamit pada orang tuanya,
keluyuran, berkelahi dengan teman, membuang sampah sembarangan dan jenis
kenakalan biasa lainnya. Pada tingkat kenakalan yang menjurus pada pelanggaran
dan kejahatan seperti mengendarai kendaraan tanpa SIM, kebut-kebutan,
mencuri,minum-minuman keras, juga cukup banyak dilakukan oleh responden. Bahkan
pada kenakalan khususpun banyak dilakukan oleh responden seperti hubungan seks
di luar nikah, menyalahgunakan narkotika, kasus pembunuhan, pemerkosaan, serta
menggugurkan kandungan walaupun kecil persentasenya. Terdapat cukup banyak dari
mereka yangkumpul kebo. Keadaan yang demikian cukup memprihatinkan. Kalau hal
ini tidak segera ditanggulangi akan membahayakan baik bagi pelaku, keluarga,
maupun masyarakat. Karena dapat menimbulkan masalah sosial di kemudian hari
yang semakin kompleks.
(BAB2)
contoh kasus
2 kerusuhan Poso
AKHIR Oktober lalu, kaum terpelajar asal Poso dan Morowali
yang berdiam di Sulawesi Tengah dan Jawa, khususnya yang menjadi anggota Gereja
Kristen Sulawesi Tengah (GKST), dikejutkan oleh surat pimpinan gereja mereka ke
Komisi I DPR-RI. Melalui surat bernomor MS GKST No. 79/X/2003, tertanggal 28
Oktober 2003, Pjs. MS GKST, pimpinan gereja terbesar di Sulawesi
Tengah itu mengusulkan penetapan darurat sipil di wilayah Kabupaten
Poso dan Kabupaten Morowali. Surat itu ditandatangani oleh Ketua I Majelis
Sinode GKST, Pendeta Arnold R. Tobondo dan Sekretaris I Majelis
Sinode, Lies Sigilipu-Saino.
Hasil
evaluasi akhir tahun yang dilakukan Yayasan Tanah Merdeka (YTM) sebuah LSM
ternama di Sulwesi Tengah mengungkapkan jumlah korban tewas dan cedera akibat
rentetan aksi kekerasan di daerah bekas konflik Poso sepanjang tahun 2005
meningkat tajam dibanding dua tahun sebelumnya. Sumber : Harian sore Mercusuar
Palu
Dari
sedikitnya 27 kasus tindak kekerasan yang terjadi sepanjang 2005 yaitu berupa
penembakan 10 kasus, pembunuhan 4 kasus dan pengeboman 12 kasus, mengakibatkan
korban meninggal dunia mencapai 31 orang dan luka-luka sebanyak 108 orang.
Arianto
Sangaji, direktur YTM, kepada wartawan, Rabu (28/12) kemarin, mengatakan korban
manusia terbanyak terjadi ketika dua bom berkekuatan dashyat mengguncang
Tentena (kota kecil di tepian Danau Poso) pada 28 Mei 2005 yang mengakibatkan
23 orang tewas dan 97 lainnya cedera.
Disusul pembunuhan dengan cara mutilasi di kota Poso 29 Oktober lalu yang
menewaskan tiga siswi SMA setempat dan mencederai seorang lainnya.
Ia
menjelaskan, jumlah kasus tindakan kekerasan di wilayah Poso tahun 2005 itu
beserta akibat yang ditimbulkannya jauh meningkat dibanding keadaan dua tahun
sebelumnya.
Pada tahun 2003 misalnya, total tindakan kekerasan yang terjadi di sana hanya
23 kasus dengan mengakibatkan 11 orang tewas dan 16 luka-luka, serta tahun 2004
sebanyak 22 kasus dengan 16 orang meninggal dunia dan 20 cedera.
AKAR
PERMASALAHAN:
(a).
Faktor-faktor lokal:
a.1.
Marjinalisasi terbalik:
Proses marjinalisasi terbalik antara penduduk kota Poso dan
penduduk pedalaman Kabupaten Poso, yang memperlebar jurang sosial
antara penduduk asli dan pendatang. Maksud saya, di pedalaman Poso
tiga suku penduduk asli yang mayoritas beragama Kristen – yakni Lore,
Pamona, dan Mori – mengalami marjinalisasi di bidang ekonomi,
politik, dan budaya, sehingga dibandingkan dengan para pendatang, mereka ini
merasa tidak lagi menjadi tuan di tanahnya sendiri. Tapi sebaliknya, di kota
Poso – di lokasi di mana kerusuhan meletus dan perusakan paling parah terjadi –
adalah para turunan pendatang dari Gorontalolah yang paling
mengalami marjinalisasi dibandingkan dengan penduduk asli yang bermukim di kota
Poso, sebelum kerusuhan
1998-2000.
a.1.1.
Marjinalisasi penduduk asli beragama Kristen di pedalaman Kabupaten Poso:
Mari saya jelaskan dulu proses marjinalisasi yang dialami
oleh ketiga suku penduduk asli yang beragama Kristen di pedalaman
Kabupaten Poso. Pertama-tama, marjinalisasi ekonomi mereka alami,
sebagian juga karena strategi penginjilan oleh para misionaris
Belanda, yang kemudian diteruskan oleh GKST, yang tidak menumbuhkankelas
menengah yang mampu berwiraswasta dan bersaing dengan para pendatang. Strategi
pendidikan Zending dan kemudian GKST lebih mengfasilitasi transformasi profesi
dari petani ke pegawai (ambtenaar), baik pegawai pemerintah maupun pegawai
gereja. Ini sangat berbeda dengan strategi penginjilan di Tana Toraja dan
Minahasa, di mana sudah muncul banyak pengusaha tangguh berkaliber nasional.
a.1.2.
Marjinalisasi dan radikalisasi migran Muslim di kota Poso:
Sebelum
menggambarkan proses marjinalisasi dan sekaligus radikalisasi masyarakat migran
Muslim di kota Poso, kita perlu lebih dulu mengenal keragaman etnik
penduduk kota Poso, serta pelapisan sosial yang ada sebelum kerusuhan 1998.
Keragaman
etnik penduduk kota Poso, merupakan suatu keadaan yang sejak
awal ditolerir oleh Raja Talasa Tua (Nduwa Talasa ), penguasa adat
terakhir kota Poso. Kata sang raja dalam maklumatnya yang dibacakan
di kantor raja Poso di kota Poso, tanggal
11 Mei 1947,
jam 10 pagi:
Laut/Teluk
Tomini tidak ada pagarnya
Laut/Teluk
Tomini tidak ada pagarnya
Hai kamu
orang Arab
Hai kamu
orang Tionghoa
Hai kamu
orang Jawa
Hai kamu
orang Manado
Hai kamu
orang Gorontalo
Hai kamu
orang Parigi
Hai kamu
orang Kaili
Hai kamu
orang Tojo
Hai kamu
orang Ampana
Hai kamu
orang Bungku
Hai kamu
orang Bugis – orang Wotu
Hai kamu
orang Makassar
Jika kamu
tidak menaati perintahku kamu boleh pulang baik-baik ke kampung
halamanmu
karena Tana Poso tidak boleh dikotori dengan darah
(Damanik
2003: 41).
Sementara
itu, dari sudut sosial-ekonomi, masyarakat kota Poso dapat dibagi
dalam tiga
kelas, yakni (a) kelas bawah lama; (b) kelas menengah lama; (c) kelas ataslama.
Kelas bawah lama terutama terdiri dari keturunan para migran Gorontalo yang
mayoritasnya
bermukim di Kelurahan-Kelurahan Lawanga, Bonesompe, dan Kayamanya. Profesi
mereka kebanyakan adalah nelayan dan buruh pelabuhan, yang mengalami
marjinalisasi karena pergantian kekuasaan politik nasional tahun
1965-1966 dan agak lama kemudian, pembangunan Jalan Trans-Sulawesi.
Kelas
menengah lama terutama terdiri dari komunitas-komunitas asli Poso,
Mori, dan Minahasa, yang
kebanyakan
terdiri dari para birokrat yang masih tetap juga berkebun di tanah-tanah mereka
di seputar pemukiman mereka. Sedangkan kelas atas lama terdiri dari
kaum usahawan berdarah Arab dan Tionghoa.
APA YANG
HARUS DILAKUKAN?
(a). Menolak
penetapan status darurat sipil bagi daerah Poso dan Morowali.
(b). Secara
konsepsional, mulai membedakan militer (TNI) dan polisi, baik institusinya
maupun tugas dan cara operasionalnya, sehingga masyarakat luas tidak lagi
selalu menganggap kedua kekuatan bersenjata itu mempunyai fungsi yang sama.
Dalam sebuah negara yang demokratis dan menganut supremasi sipil,
polisi adalah bagian dari pemerintah sipil, berada di bawah komando
kepala-kepala daerah, dan tugasnya adalah menegakkan keamanan dalam
negeri (internal security ). Sedangkan militer berada di
bawah
komando Presiden sebagai Kepala Negara, dan hanya bertugas mempertahankan
negara dari serbuah musuh, tanpa diembel-embeli
fungsi-fungsi politik dan ekonomi, seperti yang sekarang masih kita
lihat di negara kita.
(c). Menarik
pasukan-pasukan TNI/Angkatan Darat dan Brimob dari daerah
Sulawesi Tengah bagian Timur, baik pasukan yang beroperasi secara
terbuka, maupun pasukan- pasukan yang beroperasi secara terselubung.
(d).
Memprioritaskan pemanfaatan tenaga Polisi untuk pengamanan di
daerah kerusuhan, dengan meningkatkan profesionalisme mereka dalam
menghadapi gejolak, unjuk rasa, dan bentuk-bentuk kerusuhan sosial
lainnya dengan teknik pengendalian huru hara tanpa membunuh.
(e).
Menggalakkan pendekatan antara calon penanam modal dengan rakyat setempat
dengan menghormati hak-hak rakyat – baik penduduk asli, petani
pendatang (transmigran), penduduk di kawasan pemukiman setempat,
maupun buruh -- , tanpa pendekatan keamanan, yakni menakut-nakuti
rakyat dengan intervensi militer berupa latihan perang-perangan, unjuk kekuatan
fisik (show of force ) yang selama ini dilakukan di Sulawesi Tengah
bagian Timur, khususnya di Kabupaten Banggai.
Berikut
foto-foto korban kerusuhan poso
(BAB3)
DUNIA ANAK-ANAK TERCEMAR NARKOBA
Narkoba tidak pandang bulu, siapa pun bisa menjadi korbannya
tak terkecuali anak-anak dan remaja. Dari 4 juta pengguna narkoba, 70 persen di
antaranya adalah mereka yang berusia 14 hingga 20 tahun. Mengapa hal ini bisa
terjadi? Berikut laporannya. Tak salah jika kita mengatakan dunia anak-anak dan
remaja adalah masa yang paling indah. Jika kita isi dengan hal-hal yang
menyenangkan namun dunia ini akan menjadi neraka ketika mereka terjebak dalam
lingkaran setan narkoba.
Lihat saja anak-anak ini rata-rata mereka yang terlibat
narkoba ini telah terlibat sejak usia dini. Awalnya mereka menjadi korban
kemudian secara kecil-kecilan menjadi pengedar atau kurir. Biasanya anak-anak
ini mulai mencoba menghisap ganja, kemudian berlanjut kepada obat-obatan jenis
psikotropika lainnya. Selanjutnya untuk memenuhi kebutuhan akan obat terlarang
ini. Mereka bisa menjadi pengedar kecil-kecilan. Keterlibatan anak-anak ini
juga dikarenakan mudahnya mereka mendapatkan barang-barang haram ini. Mulai
dari nongkrong-nongkrong di warung hingga mendatangi langsung sang bandar untuk
membelinya.Tak bisa dipungkiri anak-anak turut menjadi korban obat-obatan
terlarang. Ironisnya, mereka yang rentan terkena kasus narkoba ini biasanya
akibat pengaruh lingkungan seperti mereka yang biasa hidup di jalan dan
permukiman kumuh.
Menurut penelitian organisasi perburuhan internasional
sekitar 20 persen anak-anak di Jakarta terlibat dan menjadi korban narkoba.
Kendati data pertahunnya tersangka kasus anak-anak menurun namun tetap saja
mengkhawatirkan. Selain kepolisian, orang tua tentunya harus menjadi ujung
tombak dalam perang melawan narkoba ini. Pasalnya deteksi awal gejala pengguna
narkoba bisa dilakukan oleh orang tua para pengguna narkoba ini biasanya
menunjukkan gejala menyendiri takut dengan orang lain, mudah tersinggung dan
sulit diajak bicara. Tentunya peran masyarakat harus lebih besar dalam mencegah
peredaran barang haram ini.
Opini : peredaran narkoba semakin
marak terjadi dan kebanyakan dari pemaikainya adalah remaja atau anak-anak,
bahkan ada yang sudah sejak dini menggunakan barang haram tersebut dan biasanya
dikarenakan oleh faktor lingkungan, keluarga dan masyarakat. Oleh karena itu
para orangtua harus bisa lebih dekat dengan anak-anak mereka dan memberitahu
mana yang baik dan tidak, tidak hanya itu di perlukan adanya bimbingan
disekolah mengajarkan mereka untuk memerangi narkoba dan masyarakat juga harus
bertindak agar peredaran narkoba menjadi berkurang.
(BAB4)
Contoh Kasus
Pemuda dan Sosialisasi
Seks Bebas
Masalah Utama Remaja Indonesia
BKKBN (Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional)
menyatakan bahwa masalah remaja bukan hanya persoalan narkoba dan HIV/AIDS. Persoalan
seks bebas kini juga menjadi masalah utama remaja di Indonesia.
"Hal
tersebut harus segera ditangani mengingat jumlah remaja terbilang besar, yakni
mencapai 26,7 persen dari total penduduk," kata Plt Kepala BKKBN, Subagyo,
di Jakarta, Rabu.
Penelitian Survei Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia
(SKRRI) pada 2007 lalu menemukan perilaku seks bebas bukanlah sesuatu yang aneh
dalam kehidupan remaja Indonesia. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) 2009 pernah
merilis perilaku seks bebas remaja dari penelitian di empat kota yakni Jakarta
Pusat, Medan, Bandung, dan Surabaya.
Hasilnya menunjukkan sebanyak 35,9 persen remaja punya teman
yang sudah pernah melakukan hubungan seksual sebelum menikah. Bahkan, sebanyak
6,9 persen responden telah melakukan hubungan seksual pranikah.
''Sebagai
institusi yang mempunyai fungsi sosialisasi tentang pentingnya kesehatan
reproduksi bagi remaja dalam upaya mempersiapkan kehidupan berkeluarga, BKKBN
terus meningkatkan berbagai program,'' katanya.
(BAB5)
SEBENARNYA, proses
naturalisasi atau menjadi warga negara Indonesia (WNI) cukup sulit. Kepala
Humas Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum Kemenkum-HAM Sucipto
menyebutkan, ada beberapa pasal yang mengatur syarat untuk menjadi warga negara.
Yakni, pasal 8, 19, dan 20 UU 12/2006 tentang Kewarganegaraan.
Tetapi, syarat utama selain memiliki pekerjaan di sini adalah orang tersebut
pernah tinggal dan selama lima tahun berturut-turut atau sepuluh tahun tak
berturut-turut di Indonesia. Mengenai orang asing yang berjasa, lanjut
Cipto, itu dijelaskan dalam pasal 20 UU 12/2006. Asalkan, orang asing tersebut
dianggap memiliki prestasi, salah satunya di bidang keolahragaan dan telah
mengharumkan nama bangsa. Hal tersebut dibenarkan praktisi hukum yang lama
berkecimpung di sepak bola, Ahmad Riyadh. Dia menganggap para pemain yang
dinaturalisasi itu mempunyai keahlian khusus, yakni mengolah si kulit
bundar.
(BAB6)
Contoh kasus Pelapisan sosial dan
Kesamaan derajat misalnya
Kasus Ade Irma misalnya, setelah 2 tahun memperjuangkan haknya mendapatkan
pelayanan kesehatan, oleh Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo baru bisa menerimanya.
Walau keberhasilannya itu, harus dibayar mahal dengan nyawanya yang tidak
tertolong. Ade, satu diantara sekian banyak pemilik sah kartu keluarga miskin
yang ditolak keluhan kesehatannya oleh rumah sakit.
Risma Alfian, bocah pasangan Suharsono (25) dan Siti Rohmah (24), sudah empat
belas bulan tergolek lemah di atas tempat tidurnya. Kepalanya yang terus
membesar membuat Risma tidak bisa bangun. Sejak umur satu bulan, Risma sudah
divonis terkena hydrocephalus (kelebihan cairan di otak manusia sehingga kepala
penderita semakin besar).
Bidan tempatnya menerima imunisasi, meminta Risma segera menjalani operasi atas
kelainan kepalanya itu. Operasi tidak serta merta bisa dilakukan lantaran butuh
biaya yang begitu besar untuk mendanainya.
Bahkan dengan memiliki kartu Gakin yang diperolehnya dengan susah payah, juga
tidak mampu bisa membawa Risma dalam perawatan medis. Risma ditolak RSCM lantaran
tidak indikasi untuk dirawat.
Dari contoh kasus di atas dapat kita simpulkan bahwa Masyarakat kita sekarang
ini tidak mampu berobat ke rumah sakit karena dirasakan biayanya sangat mahal.
Pelayanan kesehatan bagi rakyat miskin yang diselenggarakan oleh pemerintah pun
belum menjangkau keseluruhan masyarakat.
Dari sekian banyak dokter spesialis di Indonesia, saya sangat yakin bahwa hanya
segelintir persen yang benar-benar bisa diandalkan. Bobroknya moral dunia
kedokteran sebenarnya sudah dimulai sejak awal proses bagaimana seseorang itu
bisa masuk di fakultas kedokteran. Biaya kuliahnya aja udah selangit. Konon
lagi mereka-mereka yang mengambil jalur ekstensi.
Biayanya pasti lebih tinggi. Parahnya lagi bagi mereka yang berduit dan kuliah
di kedokteran hanya untuk menjaga gengsi. Motivasi mahasiswanya juga
berbeda-beda kan. Bayangin aja jika salah satu bidang paling vital di negeri
ini, yaitu bidang kesehatan ditangani oleh lulusan fakultas kedokteran yang
bermotivasi untuk mendapat ”duit”.
Pantas saja begitu mahalnya harga kesehatan di Indonesia. Kebanyakan dari
mereka (saya tidak mengatakan semua), membuka praktek dan menetapkan tarif
mahal kepada pasiennya agar bisa ”balik modal”. Tanpa peduli apakah pasien itu
kaya atau miskin. Ini bukan hanya pendapat saya, tapi ini adalah pendapat
publik. Pasien hanya dijadikan komoditas untuk memperkaya dokter.
(BAB7)
Sebagai
contoh, bagi masyarakat perkotaan, ketika mereka ingin berlibur, pasti mereka
ingin berlibur di suatu desa yang sejuk dan damai, yang jauh dari kebisingan
kota yang selama ini bergulat dengannya. Begitu pula bagi masyarakat pedesaan,
ketika merasa pekerjaan di desa sudah tidak mencukupi lagi, pasti mereka ingin
hijrah ke kota untuk mengadu nasib yang lebih baik lagi. Di sini terjadi
hubungan antara keduanya. Ketika salah seorang dari kota pergi berlibur
ke suatu desa, mereka bertemu dengan penduduk di desa tersebut. Dia bisa saja
membawa salah satu dari orang desa tersebut untuk bekerja di kota karena ia
melihat pekerjaan di desa sudah tidak mendukung dan masih banyak pekerjaan di
kota yang menjanjikan
. Di sinilah peran masyarakat kota untuk membuat lapangan pekerjaan untuk
orang-orang dari desa yang hijrah ke kota. Jika semakin banyak masyarakat desa
yang hijrah ke kota, maka seharusnya semakin banyak pula lapangan pekerjaan
yang harus disediakan. Tapi, jika lapangan pekerjaan yang disediakan sedikit,
sedangkan masyarakat desa yang hijrah ke kota semakin banyak, maka justru akan
terjadi peningkatan angka pengangguran di kota.
(BAB8)
Contoh-Contoh
Kasus yang Sedang Terjadi di Indonesia
Contoh kasus pertentangan sosial yang sedang terjadi di indonesia antara lain
adalah kasus mesuji, yang diakibatkan tidak adanya penyelesaian masalah yang
baik. Sehingga terjadinya persengketaan tanah antara masyarakat dengan
pihak lain. Contoh lain peristiwa di Bima, Nusa Tenggara Timur, terjadinya
pertumpahan darah karena adanya perselisihan antara warga dengan perusahaan
pertambangan yang akan membuka lahan pertambangan di wilayah tersebut namun di
tolak oleh masyarakat di wilayah tersebut.
Agar tidak terjadi lagi kasus-kasus tersebut di indonesia, masyarakat
indonesia harus menanamkan sikap dan kesediaan menenggang dan sikap terbuka
golongan penguasa sehingga meniadakan kemungkinan deskriminasi.
(BAB9)
Contoh Kasus
Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Kemiskinan
Warga Miskin
Jakarta Bakal Punya Dokter Pribadi
Ada terobosan lainnya yang akan dilakukan Pemerintah DKI
Jakarta periode Joko Widodo-Basuki Tjahaja Purnama ini. Selain akan meluncurkan
Kartu Jakarta Sehat pada 10 November, Jokowi ingin warga miskin memiliki dokter
pribadi. Sehingga penyakit yang diderita bisa segera didiagnosis dan ditangani.
Caranya dengan melibatkan mahasiswa fakultas kedokteran di beberapa universitas
yang melakukan praktek kerja nyata. "Ingin sekali setiap rumah tangga
miskin punya dokter pribadi," ujar Wakil Gubernur DKI Jakarta, Basuki
Tjahaja Purnama, di Balai Kota Jakarta, Sabtu 3 November 2012. Dengan itu,
penyakit yang diderita warga miskin bisa segera diketahui. Jika penyakit yang
diderita cukup parah, warga pun bisa langsung dirujuk ke rumah sakit yang
terdekat. Selain itu, kata Basuki, pihak Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM)
membuat standar operasional prosedur (SOP) untuk rujukan agar bisa diterapkan
di RSUD milik DKI maupun puskesmas. "Sehingga nantinya warga tidak
menyerbu ke RSCM, tapi bisa disebar ke RSUD dan puskesmas di Jakarta,"
ujarnya.
Kepala Dinas
Kesehatan DKI Jakarta. Dien Emmawati, mengatakan pihaknya bekerja sama dengan
11 universitas yang ada di Jakarta. Antara lain Universitas Indonesia, Trisakti,
Atmajaya, Universitas Islam Jakarta, Yarsih, dan Tarumanegara. "Kami akan
maksimalkan ko-as (ko-asisten atau asisten dokter) di fakultas kedokteran yang
ada di Jakarta," ujarnya.
Menurut Dien, untuk memaksimalkan program itu dibutuhkan 500
tenaga. Sebab ada sebanyak 1,2 juta warga miskin yang harus dilayani.
"Se-Jakarta butuh 500 ko-as, untuk melayani 1,2 juta jiwa warga
miskin," ujar dia.
(BAB10)
Kebangkitan
Agama Bawa Pengaruh Besar
YOGYAKARTA,
KOMPAS - Sebanyak 40 peneliti dari sejumlah negara melakukan penelitian
fenomena kebangkitan agama di Asia Tenggara. Meningkatnya ekspresi beragama di
sejumlah negara ini dinilai memberi pengaruh besar pada kehidupan sosial,
ekonomi, dan politik masyarakat di kawasan.
sumber
: http://cetak.kompas.com/read/2011/01/07/03470288/Kebangkitan.Agama.Bawa.Pengaruh.Besar
opini :
kebangkitan agama memang sangat berpengaruh terhadapa suatu negara. sebab akan
terjadinya satu kesatuan yang sangat indah. hal ini akan semakin indah bila
kita juga menghormati orang orang yang berbeda agamanya. hidup rukun selamanya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar