Konflik Organisasi
Disusun oleh:
Novriana sekar
16113570
2KA22
PENGERTIAN KONFLIK.
Para
pakar ilmu perilaku organisasi, memang banyak yang memberikan definisi tentang
konflik. Robbins, salah seorang dari mereka merumuskan Konflik sebagai :
“sebuah proses dimana sebuah upaya sengaja dilakukan oleh seseorang untuk
menghalangi usaha yang dilakukan oleh orang lain dalam berbagai bentuk hambatan
(blocking) yang menjadikan orang lain tersebut merasa frustasi dalam usahanya
mancapai tujuan yang diinginkan atau merealisasi minatnya”. Dengan demikian
yang dimaksud dengan Konflik adalah proses pertikaian yang terjadi sedangkan
peristiwa yang berupa gejolak dan sejenisnya adalah salah satu manifestasinya.
Lebih
jauh Robbins menulis bahwa sebuah konflik harus dianggap sebagai “ada” oleh
fihak-fihak yang terlibat dalam konflik. Dengan demikian apakah konflik itu ada
atau tidak ada, adalah masalah “persepsi” dan bila tidak ada seorangpun yang
menyadari bahwa ada konflik, maka dapat dianggap bahwa konflik tersebut memang
tidak ada.
Tentu
saja ada konflik yang hanya dibayangkan ada sebagai sebuah persepsi ternyata
tidak riil. Sebaliknya dapat terjadi bahwa ada situasi-situasi yang sebenarnya
dapat dianggap sebagai “bernuansa konflik” ternyata tidak dianggap sebagai
konflik karena nggota-anggota kelompok tidak menganggapnya sebagai konflik.
Selanjutnya, setiap kita membahas konflik dalam organisasi kita, konflik selalu
diasosiasikan dengan antara lain, “oposisi” (lawan), “kelangkaan”, dan
“blokade”.
Di
asumsikan pula bahwa ada dua fihak atau lebih yang tujuan atau kepentingannya
tidak saling menunjang. Kita semua mengetahui pula bahwa sumberdaya dana, daya
reputasi, kekuasaan, dan lain-lain, dalam kehidupan dan dalam organisasi
tersedianya terbatas. Setiap orang, setiap kelompok atau setiap unit dalam
organisasi akan berusaha memperoleh semberdaya tersebut secukupnya dan
kelangkaan tersebut akan mendorong perilaku yang bersifat menghalangi oleh
setiap pihak yang punya kepentingan yang sama. Fihak-fihak tersebut kemudian
bertindak sebagai oposisi terhadap satu sama lain. Bila ini terjadi, maka
status dari situasi dapat disebut berada dalam kondisi “konflik”. Bila kita
mempersempit lingkungan organisasi maka dua orang pakar penulis dari Amerika
Serikat yaitu, Cathy A Constantino, dan Chistina Sickles Merchant mengatakan
dengan kata-kata yang lebih sederhana, bahwa konflik pada dasarnya adalah:
“sebuah proses mengekspresikan ketidak puasan, ketidak setujuan, atau
harapan-harapan yang tidak terealisasi”. Kedua penulis tersebut sepakat dengan
Robbins bahwa konflik pada dasarnya adalah sebuah proses.
Berbagai Bentuk Manifestasi Konflik.
Berbagai Bentuk Manifestasi Konflik.
Konflik
ini terjadi antara pihak satu dengan pihak lainnya dalam suatu komunitas yang
disebut organisasi. Biasanya konflik ini terjadi karena :
· Berbagai
sumber daya yang langka.
Karena
sumber daya yang dimiliki organisasi terbatas/langka maka perlu dialokasikan.
Dalam alokasi sumber daya tersebut suatu kelompok mungkin menerima kurang dari
kelompok yang lain. Hal ini dapat menjadi sumber konflik.
· Perbedaan
dalam tujuan.
Dalam
suatu organisasi biasanya terdiri dari atas berbagai macam bagian yang bisa
mempunyai tujuan yang berbeda-beda. Perbedaan tujuan dari berbagai bagian ini
kalau kurang adanya koordinasi dapat menimbulkan adanya konflik.
· Saling
ketergantungan dalam menjalankan pekerjaan.
Organisasi
merupakan gabungan dari berbagai bagian yang saling berinteraksi. Akibatnya
kegiatan satu pihak mungkin dapat merugikan pihak lain. Dan ini merupakan
sumber konflik pula.
· Perbedaan
dalam nilai atau persepsi.
Perbedaan
dalam tujuan biasanya dibarengi dengan perbedaan dalam sikap, nilai dan
persepsi yang bisa mengarah ke timbulnya konflik.
· Sebab-sebab
lain.
Selain
sebab-sebab di atas, sebab-sebab lain yang mungkin dapat menimbulkan konflik
dalam organisasi misalnya gaya seseorang dalam bekerja, ketidak jelasan
organisasi dan masalah-masalah komunikasi.
Jenis-jenis Konflik, Ada lima
jenis konflik dalam kehidupan organisasi :
1.
Konflik antar individu
2.
Konflik intra perorangan
3.
Konflik antar kelompok
4.
Konflik antar organisasi.
BAB.
3 PEMBAHASAN
Konflik
yang akan saya tulis tentang KONFLIK ANTAR ORGANISASI. Konflik
antar organisasi, yang timbul sebagai akibat bentuk persaingan ekonomi dalam
sistem perekonomian suatu negara. Konflik ini telah mengarahkan timbulnya
pengembangan produk baru, teknologi, dan jasa, harga–harga lebih rendah, dan
penggunaan sumber daya lebih efisien.
Faktor
penyebab konflik:
· Perbedaan
individu, yang meliputi perbedaan pendirian dan perasaan.
Setiap
manusia adalah individu yang unik. Artinya, setiap orang memiliki pendirian dan
perasaan yang berbeda-beda satu dengan lainnya. Perbedaan pendirian dan
perasaan akan sesuatu hal atau lingkungan yang nyata ini dapat menjadi faktor
penyebab konflik sosial, sebab dalam menjalani hubungan sosial, seseorang tidak
selalu sejalan dengan kelompoknya. Misalnya, ketika berlangsung pentas musik di
lingkungan pemukiman, tentu perasaan setiap warganya akan berbeda-beda. Ada
yang merasa terganggu karena berisik, tetapi ada pula yang merasa terhibur.
· Perbedaan
latar belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadi-pribadi yang berbeda.
Seseorang
sedikit banyak akan terpengaruh dengan pola-pola pemikiran dan pendirian
kelompoknya. Pemikiran dan pendirian yang berbeda itu pada akhirnya akan
menghasilkan perbedaan individu yang dapat memicu konflik.
· Perbedaan
kepentingan antara individu atau kelompok.
Manusia
memiliki perasaan, pendirian maupun latar belakang kebudayaan yang berbeda.
Oleh sebab itu, dalam waktu yang bersamaan, masing-masing orang atau kelompok
memiliki kepentingan yang berbeda-beda. Kadang-kadang orang dapat melakukan hal
yang sama, tetapi untuk tujuan yang berbeda-beda. Sebagai contoh, misalnya
perbedaan kepentingan dalam hal pemanfaatan hutan. Para tokoh masyarakat
menanggap hutan sebagai kekayaan budaya yang menjadi bagian dari kebudayaan
mereka sehingga harus dijaga dan tidak boleh ditebang. Para petani menbang
pohon-pohon karena dianggap sebagai penghalang bagi mereka untuk membuat kebun
atau ladang. Bagi para pengusaha kayu, pohon-pohon ditebang dan kemudian
kayunya diekspor guna mendapatkan uang dan membuka pekerjaan. Sedangkan bagi
pecinta lingkungan, hutan adalah bagian dari lingkungan sehingga harus
dilestarikan. Di sini jelas terlihat ada perbedaan kepentingan antara satu
kelompok dengan kelompok lainnya sehingga akan mendatangkan konflik sosial di
masyarakat. Konflik akibat perbedaan kepentingan ini dapat pula menyangkut
bidang politik, ekonomi, sosial, dan budaya. Begitu pula dapat terjadi antar
kelompok atau antara kelompok dengan individu, misalnya konflik antara kelompok
buruh dengan pengusaha yang terjadi karena perbedaan kepentingan di antara
keduanya. Para buruh menginginkan upah yang memadai, sedangkan pengusaha
menginginkan pendapatan yang besar untuk dinikmati sendiri dan memperbesar
bidang serta volume usaha mereka.
· Perubahan-perubahan
nilai yang cepat dan mendadak dalam masyarakat.
Perubahan
adalah sesuatu yang lazim dan wajar terjadi, tetapi jika perubahan itu
berlangsung cepat atau bahkan mendadak, perubahan tersebut dapat memicu
terjadinya konflik sosial. Misalnya, pada masyarakat pedesaan yang mengalami
proses industrialisasi yang mendadak akan memunculkan konflik sosial sebab
nilai-nilai lama pada masyarakat tradisional yang biasanya bercorak pertanian
secara cepat berubah menjadi nilai-nilai masyarakat industri. Nilai-nilai yang
berubah itu seperti nilai kegotongroyongan berganti menjadi nilai kontrak kerja
dengan upah yang disesuaikan menurut jenis pekerjaannya. Hubungan kekerabatan
bergeser menjadi hubungan struktural yang disusun dalam organisasi formal
perusahaan. Nilai-nilai kebersamaan berubah menjadi individualis dan
nilai-nilai tentang pemanfaatan waktu yang cenderung tidak ketat berubah
menjadi pembagian waktu yang tegas seperti jadwal kerja dan istirahat dalam
dunia industri. Perubahan-perubahan ini, jika terjadi seara cepat atau
mendadak, akan membuat kegoncangan proses-proses sosial di masyarakat, bahkan
akan terjadi upaya penolakan terhadap semua bentuk perubahan karena dianggap
mengacaukan tatanan kehidupan masyarakat yang telah ada.
Sumber-sumber
konflik:
· Faktor komunikasi (communication factors)
· Faktor struktur tugas maupun struktur
organisasi (job structure or organization)
· Faktor yang bersifat personal (personal
factors)
· Faktor lingkungan (environmental factors)
Metode penyelesaian konflik:
· Dominasi dan penekanan
· Kompromi
· Pemecahan masalah integrative
Konflik
dalam suatu organisasi sangatlah wajar. Organisasi merupakan salah satu wadah
untuk menampung aspirasi atau pendapat anggotanya yang tentunya berbeda-beda.
Disaat tertentu, keinginan salah satu anggota tidak bisa terpenuhi dan itu
dapat menimbulkan terjadinya konflik. Konflik dalam suatu organisasi dapat
diatasi dengan musyawarah dengan seluruh anggota untuk mencari penyelesaian
terbaik. (sumber: agustiyani.blogspot.com)
Jenis-jenis
konflik dalam organisasi
1) Konflik
dalam diri seseorang
2) Konflik
antar anggota kelompok
o subtantif
(krn latar belakang keahlian yg berbeda)
o afektif
(krn tanggapan emosional)
3) Konflik
Vertical
4) Konflik
Lini dan staf
5) Konflik
Peran
Tahapan
Konflik
· Konflik
yg bersifat Laten
· Konflik
yg dipersepsikan
· Konflik
yang dirasakan
· Konflik
yang dimanifestasikan
· Ekor
Konflik
Sumber
Konflik
· Saling
ketergantungan tugas
· Perbedaan
tujuan dan prioritas
· Faktor
Birokratik (Lini-staf)
· Kriteria
penilaian prestasi yg bertentangan
· Persaingan
terhadap sumber daya yang langka
· Sikap
menang-kalah.
Strategi
Mengelola konflik antar organisasi
1) Strategi
penghindaran
Ø mengabaikan
konflik
Ø pemisahan
secara fisik
2) Strategi
intervensi kekuasaan
Ø menggunakan
perintah otoritatif
Ø Manuver
politik
3) Strategi
Resolusi
Ø pihak
yg terlibat konflik berkumpul bersama untuk memecahkan masalah
Ø fokus
pada tujuan yg lebih tinggi
4) Strategi
Persaingan.
Strategi
Penyelesaian Konflik
Pendekatan
penyelesaian konflik oleh pemimpin dikategorikan dalam dua dimensi ialah
kerjasama/tidak kerjasama dan tegas/tidak tegas. Dengan menggunakan kedua macam
dimensi tersebut ada 5 macam pendekatan penyelesaian konflik ialah :
1. Kompetisi
Penyelesaian
konflik yang menggambarkan satu pihak mengalahkan atau mengorbankan yang lain.
Penyelesaian bentuk kompetisi dikenal dengan istilah win-lose orientation.
2. Akomodasi
Penyelesaian
konflik yang menggambarkan kompetisi bayangan cermin yang memberikan
keseluruhannya penyelesaian pada pihak lain tanpa ada usaha memperjuangkan
tujuannya sendiri. Proses tersebut adalah taktik perdamaian.
3. Sharing
Suatu
pendekatan penyelesaian kompromistis antara dominasi kelompok dan kelompok
damai. Satu pihak memberi dan yang lain menerima sesuatu. Kedua kelompok
berpikiran moderat, tidak lengkap, tetapi memuaskan.
4. Kolaborasi
Bentuk
usaha penyelesaian konflik yang memuaskan kedua belah pihak. Usaha ini adalah
pendekatan pemecahan problem (problem-solving approach) yang memerlukan
integrasi dari kedua pihak.
5. Penghindaran
Menyangkut
ketidakpedulian dari kedua kelompok. Keadaaan ini menggambarkan penarikan
kepentingan atau mengacuhkan kepentingan kelompok lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar